Sepenggal Kisah, Sebuah Kado, Sebuah Syair Chev Faniez

Sebagai seorang santri urakan yg sempat mondok di pesantren yg menggilai seni, adat dan sastra, saya sempat diajak berteman dengan syair fenomenal oleh KH. Fadlil Yani Ainusyamsi, pengasuh pondok pesantren Darussalam Ciamis. Syair tersebut digubah dengan bangga oleh Imam al-Busyiri, seorang pujangga besar dari Mesir, dengan judul “al-Burdah”, yg dianggap sebagai salah satu warisan keindahan tekstual yg menjadi pujian umat Islam.

Al-Burdah ialah perpaduan syair yg isinya kerinduan dan kecintaan sang pengarang terhadap Nabi Muhammad. Kekhawatiran dia disebut arogan karena merindukan dan mencintai Nabi saw, mendorong Imam al-Busyiri untuk mengungkapkan kedua perasaan tadi melewati gaya bahasa metafora (majaz).

Konon katanya supaya bisa memahami setiap bait al-Burdah yg kaya dengan bahasa metafora, seseorang wajib belajar ilmu Balaghah terlebih dahulu, karena makna semantik yg bersembunyi di balik karya sastra ini takan didapat bila ilmu kebahasaan belum dikuasai dengan cara maksimal.

Karenanya menurut berbagai ahli, penggunaan bahasa metafora yg dilakukan oleh Imam al-Busyiri di dalam karya besarnya ini tidak lain hanya untuk memperlihatkan sikap ketawadhuan (rendah hati), karena dia sadar betul alangkah jauhnya jarak keshalihan antara dia dan Nabi saw. Perpaduan yg harmoni antara gaya bahasa dalam teks dan kehidupan nyata dalam lingkup konteks inilah yg menjadikan Imam al-Busyiri sebagai sosok sufi ideal.

Al-Burdah nyatanya lumayan popular di kalangan umat Islam utamanya di daerah Melayu. Di Indonesia, syair ini berkembang di lingkungan pesantren-pesantren NU, melainkan demikian, meskipun struktur anatomi pendengaran saya terlahir dari Muhammadiyah ‘kultural’, yg tidak terlalu bersahabat dengan dunia “pershalawatan”, saya menikmati sajian karya sastra ini dengan antusias, karena keindahan kata-katanya melintasi batas-batas ruang dan waktu.

Syair yg terdiri dari 160 bait ini diterjemahkan dengan baik ke dalam basa Sunda oleh KH. Ahmad Fadlil, pendiri Pondok Pesantren Darussalam Ciamis. Terjemahannya itu benar-benar cantik lantaran beliau menyamakan irama antara bait teks al-Burdah dengan terjemahannya, gaya bahasanya yg natural, tersampaikannya amanat dengan cara komunikatif, dan penghargaan masyarakat yg tinggi terhadapnya.

Tidaklah mengherankan apabila karya monumental tersebut membuahkan julukan sebagai “Ajengan yg Sastrawan” terhadap KH. Ahmad Fadlil.

Di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, syair Burdah dengan cara intens dinyanyikan sepulang kuliah subuh, dan di setiap minggunya para santri diajak untuk bernyanyi dan mempelajari bait-bait kerinduan Imam al-Busyiri terhadap tuan Rasulullah lewat al-Burdah ini. Pengajian tersebut dipandu pribadi oleh seseorang yg menghabiskan waktunya untuk meneliti kandungan sufistik dari al-Burdah, beliau ialah KH. Fadlil Yani alias yg tidak jarang disapa Ang Icep.

Fadlil Yani ialah sosok yg kumplit. Dia ialah pengasuh Pesantren Darussalam Ciamis. Sosok ulama yg disegani semua kalangan. Ketegasannya dalam menunjukkan sesuatu yg benar kadang tidak bertakbir, lugas dan menusuk inti persoalan. Beliau bukan hanya piawai dalam mengkaji khazanah Islam, tetapi juga menawan ketika bermusik.

Tampaknya argumen itulah yg mendorong KH. Fadlil Yani untuk semakin membuatkan buah karya sufi besar Imam al-Busyiri dan sang kakek KH. Ahmad Fadlil melewati teks al-Burdah dan terjemahannya. Pengembangan yg ia perbuat ialah dengan memberi sirkulasi musik modern, alias musikalisasi alias mungkin bisa dikatakan, “memusikan” syair Burdah.

Cara ini ia perbuat dengan dua argumen sekaligus: pertama sebagai sarana edukasi, kedua sebagai media hiburan. Berdasarkan kesaksian KH. Fadlil Yani sendiri, upaya demikian sangat penting dalam konteks pergelaran musik yg kini umumnya leluasa nilai, cenderung menampilkan hal-hal yg bersifat hiburan semata, dan cenderung pada pergelaran musik hura-hura, tapi nihil edukasi.

Sarana edukasi yg tersedia dalam syair al-Burdah bisa diklasifikasikan dalam satu tema besar yaitu nilai-nilai sufistik. Di sini Imam al-Busyiri berhasil menyampaikannya, seperti: bait 1 – 3 mengenai kerinduan terhadap Nabi saw. Bait 4 – 12 mengenai kecintaan terhadap Rasulullah. Bait 13 – 25 mengenai sirkulasi mengendalikan nafsu. Ada tidak sedikit sekali ajaran-ajaran sufistik yg terkandung dalam al-Burdah, misalnya: zuhud, taubat, tawakkal, ihtisham bi sabilillah dan lain sebagainya.

Selain itu, oleh KH. Fadlil Yani, al-Burdah dijadikan sebagai sarana hiburan di Pondok Pesantren Darussalam Ciamis karena “memusikan”nya. Bagi saya, upaya Ang Icep yg telah mengatur ritme sedemikian rupa supaya ada kesesuaian antara syair al-Burdah dengan irama musik, telah berhasil mengharmoniskan dua unsur yg dinarasikan bertentangan satu sama lain yaitu tradisionalisme dan modernisme.

Alhasil, dengan partitur yg simple, dan tempo nada yg lambat, dan memakai pelengkap sound effect untuk memperindah lagu, jadi syair al-Burdah layak dipakai dan didengarkan dalam nuansa santai, tenang, dan rileks.

Seperti yg telah saya jelaskan di atas, santri Darussalam Ciamis terbiasa mendengarkan syair Burdah yg diinstrumeni dengan musik, dan dipadukan dengan panyanyi yg merdu. Memang tidak sedikit sekali varian menyimak teks syair ini, melainkan yg dipilih oleh pengasuh Darussalam Ciamis ialah modernisasi teks-teks klasik, yaitu dengan musikalisasi.

Biasanya di malam minggu, KH. Ahmad Fadlil membacakan alias melafalkan bait-bait al-Burdah yg mengandung kualitas sufistik di hadapan santri untuk disimak dengan hati. Atau Ang Icep menginstruksi santri untuk melafalkan kembali bait-bait tersebut supaya diingat dalam memori santri. Memorisasi dibekali dengan nyanyian alias senandung al-Burdah yg mudah dicerna alias diingat oleh santri. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berulang-ulang, jadi santri bisa mencicipi efikasi musik syair al-Burdah dalam jiwanya.

Setelah saya lulus dari pesantren itu, saya hanya bisa melantunkan syair al-Burdah seorang diri, yg suaranya hanya terdengar dalam gema.


So buat kamu yang belum kepikiran membuat kado k eren seperti Ustadz yang satu ini, langsung aja deh, pantengin info di bawah ini

Whatsup :0857 2346 1515
Sms only : 0822 1608 6669
Call only  : 0265 777635
PIN : 53868C5D

Facebook : Seprint Art
Twetter : olshopbro
Line : olshopbro
Instagram : olshopbro
Web : www.Olshopbro.id
Email :s3printart@gmail.com
Alamat : Jl. Raya Sadananya No. 46 Maleber Ciamis Jawa Barat Kode Pos 46214

Comments

Post a Comment